Oleh : W.S Rendra (Almarhum)
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, : mengapa Dia menitipkan padaku..???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku..???
Dan kalaul bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu..???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku..?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya..?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdo’a, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas, dan
Kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua “DERITA” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah “derita” menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Ku perlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”….
…………………………………………………………………………………………………
Selamat menemukan makna arti hidup anda di dunia ini, dan mari kita sambut dengan hati yang sangat lapang dan penuh keikhlasan datangnya Bulan Suci Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.
0 komentar:
Posting Komentar