Rabu, 21 Juli 2010

Bikin sendiri

Ungkapan Alfian yang alumnus SMA Muhammadiyah 2 Surabaya itu dibenarkan Ketua Jurusan (Kajur) Teknik Mesin di FTI ITS Surabaya Dr Ing Herman Sasongko.

"Mayoritas anggota tim ’Sapu Angin 1’ (mobil masa depan) dan ’Sapu Angin 2’ (mobil perkotaan) adalah anggota klub otomotif, karena itu mereka membuat sendiri kedua mobil itu mulai dari desain hingga mewujudkannya," katanya.

Dengan desain sendiri itu, katanya, anggota tim "Sapu Angin" itu sangat siap bila diminta untuk mewujudkan "urban concept" (mobil perkotaan) yang menjadi juara pertama di kelasnya dan "futuristic protothype" (mobil masa depan) yang menduduki peringkat delapan di kelasnya itu.

"Masalahnya, kami sebagai orang akademika tidak mampu memproduksi secara massal, karena universitas itu bukan perusahaan, tapi kami sangat siap untuk mewujudkan bila ada keinginan politik dari pemerintah untuk itu," katanya.

Bahkan, katanya, klub otomotif di Jurusan Teknik Mesin itu sudah memiliki mobil komodo yang merupakan mobil mewah untuk kawasan hutan dan mobil bertenaga matahari.

Mantan dosen di Jerman yang kembali ke ITS pada tahun 1998 itu mengaku iri dengan pemerintah Malaysia yang membiayai seluruh tim mahasiswa Malaysia dalam kompetisi yang digagas "Shell" itu.

"Kedua tim ITS itu hanya mendapatkan dukungan dana dari ’Shell’ sebesar Rp30 juta, kemudian kami mencari sponsor dari kalangan alumni untuk melengkapi hingga Rp300 juta. Alhamdulillah, tim ITS akhirnya juara," katanya.

Lomba mobil hemat bahan bakar tingkat Asia itu diikuti 58 peserta dari 11 negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, India, Pakistan, Iran, China, dan Jepang.

Untuk kategori "futuristic protothype", mobil "Sapu Angin 1" dari ITS Surabaya hanya menduduki peringkat delapan, sedangkan juara pertama diraih tim mobil "ATE-1" dari Thailand dan "runner up" diraih tim mobil "Fame" Jepang.

Indonesia mengirimkan sembilan tim dari ITB, UI, UGM, dan ITS. UI-ITB mengirimkan tiga tim (mobil Keris, Equator dan Pasopati untuk tim UI, sedangkan tim ITB adalah Cikal, Rajawali, dan Heave), ITS mengirimkan dua tim (Sapu Angin 1 dan 2), dan UGM mengirim satu tim (Semar).

Kini, kemampuan tim dari ITS itu bergantung kepada kebijakan politik untuk kemandirian di bidang otomotif, karena sumberdaya manusia dari Indonesia terbukti tidak kalah dari negara-negara lain.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes